Gambar 1.1 Contoh bentuk sel darah ikan (gambar diambil menggunakan OptiLab Profesional)
Penemuan Hooke tentang sel gabus sebagai sel mati telah mendorong ahli-ahli lain melakukan penyelidikan dari sayatan-sayatan bagian tubuh makhluk hidup.
Robert Brown (1831), seorang ilmuwan dari Scotlandia, dalam penyelidikannya melihat benda kecil yang terapung-apung dalam sel. Benda tersebut selalu terdapat pada semua sel yang diamati. Di kemudian hari benda tersebut diketahui sebagai struktur yang penting, dan disebut inti sel.
Mathias Schleiden (1838) dan Theodor Schwann (1839), ilmuwan Jerman, menemukan struktur yang sama dari sayatan-sayatan tubuh, baik tumbuhan maupun hewan yang semuanya tersusun dari sel. Maka muncullah teori sebagai berikut, sel merupakan unit structural terkecil dari makhluk hidup.
Felix Durjadin (1835) menganggap bagian terpenting dari sel adalah cairan sel itu sendiri. Cairan sel tersebut oleh Johanes Purkinye (1787-1869) disebut protoplasma. Protoplasma merupakan system koloid dengan air sebagai komponen terbesar. Air merupakan medium untuk berbagai reaksi kimia serta sebagai pelarut (perhatikan susunan unsure-unsur kimia protoplasma). Max Schultze (1825-1874) berkesimpulan bahwa dasar fisik dari kehidupan ialah protoplasma sehingga lahirlah teori sel berikutnya bahwa sel merupakan unit fungsional kehidupan. Rudolf Virchow (1858) mengemukan bahwa sel berasal dari sel (omniscellula cellulae). Walter Flenning (1843-1913) dan Eduard Strasburger (1875) mengamati pembelahan sel sehubungan dengan proses reproduksi sel sehingga muncullah teori baru, yaitu sel sebagai unit reproduksi makhluk hidup.
Sumber : Buku Penuntun Biologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar